Intinya...

Jika suatu kata dapat dilafalkan dengan cara berbeda dan setiap pelafalan memiliki makna berbeda, maka makna yang dimaksud harus dijelaskan untuk menghindari ambiguitas.

Contoh: kata “apel” bisa berarti buah (á-pel) atau kegiatan upacara (a-pél); perlu dijelaskan agar tidak membingungkan.

Apa itu WCAG 3.1.6?

Kadang, cara kamu mengucapkan sebuah kata bisa mengubah maknanya. Kriteria ini membantu pengguna mengetahui pelafalan yang benar ketika itu satu-satunya cara untuk memahami arti kata tersebut.

Kamu hanya perlu memberikan bantuan pelafalan jika seseorang tidak bisa menebak arti kata tanpa bantuan tersebut. Situasi ini jarang terjadi, dan biasanya hanya berlaku saat makna sebuah kata ambigu dan tidak bisa dijelaskan lewat konteks atau petunjuk visual lain. Bantuan ini bisa berupa panduan pelafalan, tautan ke file suara, atau penggunaan alat HTML seperti elemen <ruby>.

Berikut beberapa contoh kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki dua makna:

  • Serang (kota di Banten) vs. serang (menyerbu)
  • Apel (buah) vs. apel (upacara)
  • Mental (kejiwaan) vs mental (terpental)

Masalah ini lebih sering terjadi dalam bahasa seperti Jepang dan Mandarin, di mana satu karakter bisa punya beberapa pelafalan dan arti tergantung konteks.

Mengapa ini penting?

Kriteria keberhasilan ini berlaku untuk homograf, kata yang tulisannya sama tetapi pelafalannya berbeda tergantung maknanya. Kata seperti "Serang/serang", "apel", atau "mental" bisa membingungkan, terutama jika tidak ada petunjuk cara membacanya. Kriteria ini sangat relevan untuk bahasa logografik seperti Mandarin atau Jepang, di mana satu karakter bisa punya banyak pelafalan yang sah.

Kalau arti kalimat bergantung pada pelafalan kata yang benar, maka pengguna yang tidak bisa mendengar atau melihat pelafalan itu akan kesulitan. Ini termasuk pengguna screen reader, pengguna dengan disabilitas kognitif atau kesulitan membaca, serta orang yang belum familiar dengan kata tersebut. Kesalahan pelafalan bisa membuat seluruh kalimat jadi tidak jelas atau menyesatkan.

Saat pengguna tidak bisa mengandalkan konteks visual atau pengalaman untuk memahami sebuah konsep, mereka membutuhkan bantuan tambahan seperti panduan pelafalan, file suara, atau entri glosarium untuk memahami maksud sebenarnya dari konten tersebut.

Siapa yang terpengaruh?

Pengguna screen reader, pengguna dengan disabilitas membaca atau kognitif, dan pengguna yang sedang belajar bahasa.

Pengguna screen reader yang buta atau memiliki penglihatan rendah bisa mengalami kebingungan jika kata dilafalkan salah, terutama saat makna kalimat bergantung pada pelafalan kata seperti homograf atau nama yang tidak dikenal.

Pengguna dengan disabilitas membaca atau kognitif mungkin sudah kesulitan memahami bahasa, dan pelafalan yang membingungkan bisa makin memperumit pemahaman.

Pengguna yang sedang belajar bahasa bisa kesulitan saat kata dieja sama tapi pelafalannya berbeda, karena mereka belum tahu pelafalan alternatif atau cara konteks memengaruhi arti.

Cara menerapkan WCAG 3.1.6

Bagian ini menawarkan penjelasan yang disederhanakan dan contoh-contoh untuk membantu kamu memulai. Untuk panduan lengkap, selalu rujuk ke dokumentasi resmi WCAG.

Kamu tidak perlu menjelaskan setiap kata yang punya dua makna. Hanya saat pelafalan menjadi kunci untuk memahami artinya.

Tunjukkan cara mengucapkannya

Berikan cara bagi pengguna untuk mengetahui pelafalan saat mereka membutuhkannya. Ini bukan berarti setiap kata harus diberi bantuan—hanya kata-kata yang maknanya bergantung pada cara pengucapan atau konteks.

Alih-alih menulis:

"Mereka berangkat pagi karena ada apel." (Bisa berarti buah atau upacara)

Cobalah:

"Mereka berangkat pagi karena ada apel ('pel' pada 'apel' dilafalkan seperti 'alat pel')."

Gunakan anotasi <ruby>

Dalam bahasa Jepang dan beberapa bahasa lainnya, teks ruby digunakan untuk menunjukkan pelafalan. Teks ini muncul di atas kata dan mudah dibaca baik oleh pengguna pembaca layar maupun pengguna yang bisa melihat.

Saat menggunakan anotasi ruby untuk menunjukkan pelafalan, setiap elemen <rb> (teks utama) harus dipasangkan dengan elemen <rt> yang berisi pelafalannya. Sebagian besar browser modern sudah mendukung <ruby>, tetapi tag fallback seperti <rp> membantu agar pelafalan tetap bisa terlihat jika tidak didukung.

<ruby>
  漢<rp>(</rp><rt>kan</rt><rp>)</rp>
  字<rp>(</rp><rt>ji</rt><rp>)</rp>
</ruby>

Hasilnya akan terlihat seperti ini, di mana informasi pelafalan ditampilkan di atas atau di bawah kata yang diberi anotasi. Jika markup <ruby> tidak didukung oleh browser, maka fallback berupa tanda kurung akan digunakan.

  • Didukung browser: (kan)(ji)
  • Tidak didukung browser: 漢 (kan) 字 (ji)

Tautan ke berkas suara

Biarkan pengguna mengklik tombol putar untuk mendengarkan kata tersebut. Ini sangat membantu untuk nama yang tidak biasa, istilah teknis, atau frasa asing.

Jika menggunakan pendekatan ini, pastikan pemutar audionya aksesibel. Artinya:

  • Dapat digunakan dengan keyboard.
  • Memiliki kontras warna yang baik.
  • Diberi label yang jelas agar pengguna screen reader tahu fungsinya.
  • Juga tersedia versi teks untuk pengucapannya (misalnya: "rid" untuk "read").

Untuk informasi lebih lanjut tentang audio player yang aksesibel, lihat kriteria lain kami tentang: 1.2.1, 1.4.11, 2.1.1, 2.4.6, dan 4.1.2.

Tambahkan pelafalan ke glosarium

Jika situs webmu sudah punya glosarium, sertakan informasi pelafalan di samping definisinya. Lalu, tautkan kata-kata yang punya dua makna dalam kontenmu ke entri glosarium tersebut.

Gunakan tanda diakritik

Dalam beberapa bahasa, tanda diakritik (seperti aksen, tilde, atau umlaut) penting untuk menunjukkan bagaimana sebuah kata diucapkan. Tanda ini bisa mengubah pelafalan dan makna kata.

Contohnya, dalam bahasa Spanyol:

  • si berarti “jika”
  • sí berarti “ya”

Jika situs webmu memuat konten dengan tanda diakritik, ingat bahwa ini sangat penting bagi pelafalan dan makna dalam banyak bahasa. Jika perlu, kamu bisa menyediakan opsi untuk menyederhanakan atau menyorot tanda-tanda ini, tetapi jangan pernah menghapusnya sepenuhnya.

Kesimpulan

Saat pelafalan mengubah makna, jangan biarkan pengguna menebak. Sedikit petunjuk, cuplikan suara, atau tanda visual bisa sangat membantu agar kontenmu tetap jelas, terutama bagi pengguna teknologi bantu atau orang yang sedang belajar bahasa.